dari : Al-lzzah No. 08/Th. 4/1 - 30 September 2004 M
"Kita memerangi musuh bukan dengan senjata, kekuatan atau pasukan yang banyak. Namun dengan agama, dimana Allah memuliakan kita dengannya." (Abdullah bin Rawahah)
Menumpas kezaliman, tegakkan keadilan!
Slogan yang amat sering terngiang di telinga. Bergetar jiwa bila mendengar-nya. Yah.. ! Inilah impian para mujahid. Inilah tujuan para syuhada.
Namun saat pandangan dilayangkan di sekitar. Seakan slogan itu laksana utopia. Layaknya mimpi di tengah hari.
Bagaimana tidak? Musuh berdiri dengan pongahnya. Dengan semua perangkat canggih yang dimilikinya. Semua kekuatan di muka bumi dimilikinya. Dari kekuatan ekonomi, sosial, budaya, pertahanan.. Semuanya. Lalu dari pintu manakah kita akan mampu mengalahkan mereka?
Ungkapan sahabat mulia Abdullah bin Rawahah diatas seakan menjawab pertanyaan ini. Kita memerangi mereka bukan dengan segenap kekuatan yang seimbang. Namun dengan agama Allah. Dengannya, Allah akan memuliakan kita walaupun dipandang hina oleh manusia.
Allah telah menggariskan hidup para Nabi dan peng-ikutnya. Diantara mereka ada yang mendapat kemuliaan di dunia seperti Umar bin Abdul Aziz. Namun lebih banyak lagi yang mendapat kesulitan, himpitan bahkan menjumpai kebinasaan. Sederet nama telah terpatri dan daftar itu akan semakin panjang. Seiring terus berlangsungnya peperangan abadi al-Haq dan al-Bathil.
Pertanyaan berikutnya, dimanakah posisi kita?
Kita semua tahu sulit dan amat beratnya kehidupan dakwah. Jika hari ini kita masih merasa ringan-ringan saja didalamnya, jangan sampai terlena. Suatu saat nanti, Allah pasti akan mewujudkan janji-Nya, menampakkan sunnah-Nya. Bahwa perjalanan ini amat jauh dan berat serta membutuhkan taruhan yang tidak sembarang. Siapkah kita saat waktu itu datang?
Ujian, fitnah dan berbagai deraan dalam perjuangan sekali lagi merupakan sunnah Allah yang senantiasa terjadi. Bisa dikatakan bahwa dakwah dan fitnah merupakan dua sisi mata uang yang tak terlepaskan. Bukankah Allah berkali-kali menggambarkan dakwah ini dengan sesuatu yang berat dan mahal harganya?
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat." (QS Al Muzammil :5)
Allah Sang Maha Perkasa dan Pemilik segalanya saja menyatakan betapa beratnya dakwah yang akan dilalui Rasulullah dan para pengikut setianya.
Untuk apa itu semua?
DR. Yusuf Al-Qaradhawy mencoba menguraikan tujuan Allah mengadakan fitnah bagi para da'i fi sabilillah.
1. Membersihkan barisan kaum Mu'minin dari para munafiq dan orang-orang yang berpenyakit hati. Sebab antara baik dan buruk, asli dan palsu, sehat dan sakit; semuanya hanya dapat dipisahkan dengan tempaan yang berat. Sebagai-mana emas murni yang dibersihkan dari pasir dan berbagai logam lainnya.
2. Men-tarbiyyah kaum Mu'minin. Dengan fitnah Allah membersihkan hati-hati para Mujahid yang ikhlas. Karena dengan itu, mereka akan mengambil ibrah, hikmah dan pelajaran darinya. Dengannya, mereka akan matang dalam mengarungi perjalanan dakwah di muka bumi.
Dan saatnya kelak, Allah akan kembali memberikan amanah pemakmuran bumi ini sepenuhnya ketangan mereka.
3. Menambah bekal dan kedudukan para Mu'minin di sisi-Nya. Sebab segala terpaan ujian akan menambah amal mereka. Atau menghapus dosa-dosa mereka tanpa mereka sadari.
Tengoklah sejarah barisan para Mujahid agung. Andai keluarga Yasir tidak disiksa kaum Quraisy, apakah kedudukan mereka akan sedemikian tinggi di sisi-Nya? Banyak keluarga budak lain di zaman itu. Banyak pula diantara mereka yang masuk Islam bersama Rasulullah. Namun, mengapa kedudukan keluarga Yasir berbeda dengan lainnya?
Andai Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak menegakkan keadilan dan zuhud akan harta dunia, akankah kedudukannya sedemikian mulia? Banyak para khalifah silih berganti memimpin kaum Muslimin. Banyak diantara mereka hidup sebelum atau sesudah masa kepemimpinan Umar. Namun, mengapa kedudukan Umar bin Abdul Aziz berbeda?
Sungguh mulia karunia Allah melalui uijan ini. Maka tidak heran, Nabi Ayyub dalam do'anya tidak meminta agar Allah mencabut penyakitnya. Atau mengumpulkannya lagi dengan istri dan anak-anaknya. Beliau hanya bermunajat : "..sesungguhnya aku ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Dzat yang Maha Penyayang diantara semua penyayang." (QS Al Anbiya:83).
Maka bersabar dan berhati-hatilah. Semoga Allah tetap meneguhkan kita dalam barisan Mujahid-Nya. Bukan golongan berpenyakit yang luntur di telan zaman.
Wallahu a'lam.
"Kita memerangi musuh bukan dengan senjata, kekuatan atau pasukan yang banyak. Namun dengan agama, dimana Allah memuliakan kita dengannya." (Abdullah bin Rawahah)
Menumpas kezaliman, tegakkan keadilan!
Slogan yang amat sering terngiang di telinga. Bergetar jiwa bila mendengar-nya. Yah.. ! Inilah impian para mujahid. Inilah tujuan para syuhada.
Namun saat pandangan dilayangkan di sekitar. Seakan slogan itu laksana utopia. Layaknya mimpi di tengah hari.
Bagaimana tidak? Musuh berdiri dengan pongahnya. Dengan semua perangkat canggih yang dimilikinya. Semua kekuatan di muka bumi dimilikinya. Dari kekuatan ekonomi, sosial, budaya, pertahanan.. Semuanya. Lalu dari pintu manakah kita akan mampu mengalahkan mereka?
Ungkapan sahabat mulia Abdullah bin Rawahah diatas seakan menjawab pertanyaan ini. Kita memerangi mereka bukan dengan segenap kekuatan yang seimbang. Namun dengan agama Allah. Dengannya, Allah akan memuliakan kita walaupun dipandang hina oleh manusia.
Allah telah menggariskan hidup para Nabi dan peng-ikutnya. Diantara mereka ada yang mendapat kemuliaan di dunia seperti Umar bin Abdul Aziz. Namun lebih banyak lagi yang mendapat kesulitan, himpitan bahkan menjumpai kebinasaan. Sederet nama telah terpatri dan daftar itu akan semakin panjang. Seiring terus berlangsungnya peperangan abadi al-Haq dan al-Bathil.
Pertanyaan berikutnya, dimanakah posisi kita?
Kita semua tahu sulit dan amat beratnya kehidupan dakwah. Jika hari ini kita masih merasa ringan-ringan saja didalamnya, jangan sampai terlena. Suatu saat nanti, Allah pasti akan mewujudkan janji-Nya, menampakkan sunnah-Nya. Bahwa perjalanan ini amat jauh dan berat serta membutuhkan taruhan yang tidak sembarang. Siapkah kita saat waktu itu datang?
Ujian, fitnah dan berbagai deraan dalam perjuangan sekali lagi merupakan sunnah Allah yang senantiasa terjadi. Bisa dikatakan bahwa dakwah dan fitnah merupakan dua sisi mata uang yang tak terlepaskan. Bukankah Allah berkali-kali menggambarkan dakwah ini dengan sesuatu yang berat dan mahal harganya?
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat." (QS Al Muzammil :5)
Allah Sang Maha Perkasa dan Pemilik segalanya saja menyatakan betapa beratnya dakwah yang akan dilalui Rasulullah dan para pengikut setianya.
Untuk apa itu semua?
DR. Yusuf Al-Qaradhawy mencoba menguraikan tujuan Allah mengadakan fitnah bagi para da'i fi sabilillah.
1. Membersihkan barisan kaum Mu'minin dari para munafiq dan orang-orang yang berpenyakit hati. Sebab antara baik dan buruk, asli dan palsu, sehat dan sakit; semuanya hanya dapat dipisahkan dengan tempaan yang berat. Sebagai-mana emas murni yang dibersihkan dari pasir dan berbagai logam lainnya.
2. Men-tarbiyyah kaum Mu'minin. Dengan fitnah Allah membersihkan hati-hati para Mujahid yang ikhlas. Karena dengan itu, mereka akan mengambil ibrah, hikmah dan pelajaran darinya. Dengannya, mereka akan matang dalam mengarungi perjalanan dakwah di muka bumi.
Dan saatnya kelak, Allah akan kembali memberikan amanah pemakmuran bumi ini sepenuhnya ketangan mereka.
3. Menambah bekal dan kedudukan para Mu'minin di sisi-Nya. Sebab segala terpaan ujian akan menambah amal mereka. Atau menghapus dosa-dosa mereka tanpa mereka sadari.
Tengoklah sejarah barisan para Mujahid agung. Andai keluarga Yasir tidak disiksa kaum Quraisy, apakah kedudukan mereka akan sedemikian tinggi di sisi-Nya? Banyak keluarga budak lain di zaman itu. Banyak pula diantara mereka yang masuk Islam bersama Rasulullah. Namun, mengapa kedudukan keluarga Yasir berbeda dengan lainnya?
Andai Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak menegakkan keadilan dan zuhud akan harta dunia, akankah kedudukannya sedemikian mulia? Banyak para khalifah silih berganti memimpin kaum Muslimin. Banyak diantara mereka hidup sebelum atau sesudah masa kepemimpinan Umar. Namun, mengapa kedudukan Umar bin Abdul Aziz berbeda?
Sungguh mulia karunia Allah melalui uijan ini. Maka tidak heran, Nabi Ayyub dalam do'anya tidak meminta agar Allah mencabut penyakitnya. Atau mengumpulkannya lagi dengan istri dan anak-anaknya. Beliau hanya bermunajat : "..sesungguhnya aku ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Dzat yang Maha Penyayang diantara semua penyayang." (QS Al Anbiya:83).
Maka bersabar dan berhati-hatilah. Semoga Allah tetap meneguhkan kita dalam barisan Mujahid-Nya. Bukan golongan berpenyakit yang luntur di telan zaman.
Wallahu a'lam.